“Saya pikir, desa akan maju dengan sendirinya manakala tingkat kesejahteraan masyarakatnya memadai. Tentu saja hal itu harus pula diimbangi dengan tingginya semangat kekeluargaan masyarakat, serta dukungan fasilitasi pemerintah baik yang berbentuk kegiatan fisik maupun pembinaan,” kata H Tukimin.
Dia mengaku tergerak menerapkan konsep tersebut lantaran memiliki pengalaman yang cukup matang menyangkut perkoperasian. Tahun 2001, bersama 25 orang kerabat dekat ia mendirikan KSP Karya Niaga hanya dengan modal Rp 2,5 juta. Berkat kerja keras, asetnya kini mencapai Rp 50 milyar dan telah membuka 17 kantor pelayanan.
Menurut pria kelahiran 6 Maret 1959 ini, konsep sederhana yang ditunjang dengan pengalaman matang akan membawa kemajuan desa. Keyakinan itu pun ia imbangi dengan kerja nyata. Selain getol mendorong warga untuk membuat lembaga koperasi, langkah lain yang ia lakukan adalah menanamkan jiwa kewirausahaan kepada kelompok penduduk berusia produktif. Ia langsung melakukan pendekatan ke kalangan muda, para petani, juga perajin kerupuk.
“Pada awal menjabat saya lihat karang taruna desa tengah tertidur pulas. Nyaris tak ada aktifitas, maklum kepengurusan dan keanggotaannya saat itu memang amburadul. Dengan keyakinan bahwa sebenarnya para pemuda desa memiliki banyak potensi, sayapun langsung melakukan perombakan. Alhamdulilah keyakinan saya tidak meleset. Kini pemuda karang taruna telah bangkit dan mampu menjalankan berbagai kegiatan yang berpotensi membawa kemajuan desa,” ungkap H Tukimin.
Setelah berhasil mendorong para pemuda, bapak dari Kharisma Minatasa SFarm Apt dan dr Lusiana Dwi Agustina ini juga mengarahkan para pelaku usaha di bidang pertanian maupun UMKM untuk membentuk koperasi. Adapun untuk menyentuh kalangan perempuan, ia lebih memfungsikan peran Ketua PKK Desa, Hj Ery Supraptini SPd MPd, yang tak lain istri tercintanya.
“Saya jelaskan tentang apa saja manfaatnya, serta berbagai kemudahan dari pemerintah yang bisa diserap warga melalui lembaga koperasi. Akhirnya merekapun turut dengan saran saya. Dan tak berapa lama kemudian mereka telah merasakan manfaatnya. Banyak petani yang bahkan juga sukses menekuni usaha peternakan sapi, kambing maupun mengembangkan kolam lele,” ujarnya.
Gerakan ‘mbangun deso’ melalui konsep ekonomi kerakyatan terus dikampanyekan ke sejumlah kelompok pengajian, serta berbagai kegiatan PKK juga pos yandu. Prinsipnya, dorongan untuk membentuk lembaga koperasi selalu menjadi materi pokok yang tak henti-hentinya disampaikan ke masyarakat.
Capaian
Setelah
dijalankan sekian waktu, konsep yang dicetuskan H Tukimin terbukti mampu
membawa perubahan yang cukup berarti. Misalnya saja, pemuda karang
taruna yang semula mati suri kini justru sukses menjalankan usaha
perikanan, serta mampu menyelenggarakan PKBM untuk kajar paket B dan C.
Mereka juga mengembangkan usaha penyedia jasa sinoman.Lebih dari itu, pembangunan infrastruktur desa dan berbagai sarana publik berjalan semakin pesat. Tiga tahun terakhir pembangunan fisik yang dilaksanakan mencakup betonisasi jalan desa, peningkatan jalan menuju sawah, pembuatan talut dan jembatan, serta pemasangan gorong-gorong. Selain itu juga pembuatan embung dan melanjutkan pembangunan dua masjid.
“Pembangunan embung dibiayai pemerintah pusat. Adanya embung itu sangat membantu warga, terutama saat kemarau. Selain untuk meningkatkan produktifitas pertanian, embung dimanfaatkan pula sebagai sumber baku air yang dikelola pamsimas. Ke depan warga bisa menikmati air bersih layaknya pelanggan PDAM,” katanya.
Kades yang juga aktif sebagai pengurus Pramuka Kwarcab Demak ini juga mengaku peduli terhadap bidang pendidikan. Maka dari itu, ia pun mendirikan perpustakaan desa. Referensi buku yang disediakan cukup lengkap sehingga bukan sebatas meningkatkan minat baca masyarakat namun keberadaannya juga turut mendukung studi kalangan pelajar.
H Tukimin menandaskan, untuk melaksanakan seluruh pembangunan pihaknya memanfaatkan dana dari berbagai sumber. Di antaranya dari APBN, APBD kabupaten, hasil lelang bondo deso, serta swadaya masyarakat. Hasil lelang bondo deso berupa sawah seluas 23,9 hektar, nilainya mencapai Rp 500 juta.
“Kemajuan desa ini bukan hasil kerja saya sendirian. Ada 12 perangkat termasuk sekdes dan tentu pula seluruh warga yang telah berjuang bersama membawa Desa Ngaluran menuju ke kemakmuran,” tandas Tukimin.
Iapun berpesan agar dalam menjalankan fungsi kelembagaan, para pengurus koperasi di Ngaluran selalu patuh pada aturan yang berlaku, di antaranya rutin mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) setiap tahun. Ia tak ingin koperasi yang sudah berjalan akan mengalami kemunduran.
“RAT merupakan bentuk pelaksanaan tanggung jawab pengurus kepada anggota, sekaligus menjadi forum untuk melakukan evaluasi sehingga bisa diketahui apakah koperasi kita mengalami kemajuan ataukah justru mundur. Intinya, saya ingin seluruh koperasi di Ngaluran semakin jaya,” pungkasnya. (Anang)
klik sumbernya berita ini